Sabtu, 20 Maret 2010

MATERI DIKLAT

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS ACTIVE LEARNING

Oleh : Dian Fajarwati, S.Pd.I., M.Pd

Drs. Sutedjo, M.Si

I. PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

A. PENDAHULUAN

Silabus merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang sifatnya masih umum/luas. Silabus tersebut sebaiknya disusun sebagai program yang harus dicapai selama satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk pegangan dalam jangka waktu yang lebih pendek, guru harus membuat progam pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu atau satu tema yang akan dibahas.

Isi dan alokasi waktu setiap RPP ini tergantung kepada luas dan sempitnya pokok atau satuan bahasan yang dicakupnya. Misalnya satu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam pelajaran, mungkin bisa selesai diajarkan dalam satu kali pertemuan saja. Tetapi pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran perlu disampaikan dalam dua kali pertemuan. Supaya tidak terlalu kaku/rigid, tidak perlu membuat RPP untuk setiap kali pertemuan secara terpisah-pisah, namun bisa diatur untuk satu RPP misalnya mencakup materi pembelajaran untuk 3-4 kali pertemuan

Komponen-komponen RPP ini lebih rinci dan lebih spesifik dibandingkan dengan komponen-komponen dalam silabus. Bentuk RPP yang dikembangkan pada berbagai daerah atau sekolah mungkin berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya seharusnya sama. Komponen minimal yang ada dalam RPP adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar.

B. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses yang ditata dan diatur sedemikian rupa, menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan tersebut dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan perkiraan atau proyeksi mengenai apa yang diperlukan dan apa yang dilakukan. Demikian halnya, perencanaan pembelajaran memperkirakan atau memproyeksikan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1(satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

C. Unsur Pokok Dalam RPP

Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam RPP meliputi:

1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

2. Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai.

3. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

4. Kegiatan pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).

5. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).

D. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

RPP pada dasarnya merupakan kurikulum mikro yang menggambarkan tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan belajar, dan alat evaluasi yang digunakan. Efektifitas RPP tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa prinsip perencanaan pembelajaran sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi siswa

2. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku

3. Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu yang tersedia

4. Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan kegiatan pembelajaran yang sistematis

5. Perencanaan pembelajaran bila perlu dilengkapi dengan lembaran kerja/tugas dan atau lembar observasi

6. Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel

7. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi, kegiatan belajar dan evaluasi

Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan RPP. Selain itu secara praktis dalam penyusunan RPP, seorang guru harus sudah menguasai bagaimana menjabarkan kompetensi dasar menjadi indikator, bagaimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar, bagaimana memilih alternatife metode mengajar yang dianggap paling sesuai untuk mencapai kompetensi dasar, dan bagaimana mengembangkan evaluasi proses dan hasil belajar.

E. Langkah- langkah Penyusunan RPP

Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mencantumkan identitas

Nama sekolah :

Mata Pelajaran :

Kelas/Semester :

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Indikator :

Alokasi Waktu :

Catatan:

RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh satuan pendidikan

Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.

2. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.

3. Mencantumkan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.

4. Mencantumkan Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

5. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

6. Mencantumkan Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

7. Mencantumkan Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Tuliskan prosedur, jenis, bentuk, dan alat/instrumen yang digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian, seperti : remedial, pengayaan, atau percepatan. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti : penilaian hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper & pen). Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.

F. Beberapa Catatan penting yang harus diperhatikan guru dalan menyusun RPP

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan secara nasional untuk seluruh mata pelajaran harus dijadikan acuan utama dalam merumuskan komponen-komponen RPP. Karena itu, rumusan SK dan KD sekalipun sudah dituliskan dalam silabus, tetap harus dituliskan kembali dalam RPP agar dapat terlihat secara langsung keterkaitannya dengan komponen yang lainnya dan menjadi titik tolak untuk menentukan materi pembelajaran, indikator ketercapaian kompetensi, media, metode, kegiatan pembelajaran serta menentukan cara penilaian.

2. Penjabaran KD menjadi indikator-indikator ketercapaian kompetensi perlu dipahami oleh guru. Setelah itu guru harus mampu menuliskannya dalam RPP dengan menggunakan rumusan-rumusan yang tepat, terukur, dan operasional. Ketidakmampuan guru dalam merumuskan indikator-indikator tersebut akan mempengaruhi pencapaian KD, yang akhirnya berakibat terhadap rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa.

3. Dalam penentuan materi pembelajaran pada umumnya guru sering menjadikan buku teks sebagai titik tolak dan sumber utama pembelajaran. Hal ini akan berakibat bahwa seluruh proses pembelajaran akan berada di sekitar buku teks tersebut. Dalam RPP yang dikembangkan, sebenarnya buku teks hanya merupakan salah satu sumber. Sumber itu tidak hanya buku teks, namun ada buku, alat, manusia, lingkungan maupun teknik yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Sebenarnya dengan adanya KD dan indikator akan memudahkan penentuan materi. Apabila KD dan indikator tersebut ada dalam kawasan belajar kognitif, maka sifat materi yang akan disajikanpun akan berkenaan dengan pengetahuan ataupun pemahaman. Demikian halnya untuk kawasan belajar afektif maupun psikomotor. Materi pembelajaran ini dapat diuraikan secara rinci atau cukup dengan pokok-pokok materi saja, dan materi terinci nantinya dapat dilampirkan. Materi pembelajaran sifatnya bermacam-macam ada yang berupa informasi, konsep, prinsip, keterampilan dan sikap. Sifat dan materi tersebut akan membawa implikasi terhadap metode yang akan digunakan dan kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh siswa.

4. Dalam penentuan atau pemilihan kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan metode mana yang paling efektif, efisien, dan relevan dengan pencapaian KD dan Indikator. Penentuan metode pembelajaran harus memungkinkan terlaksananya cara belajar aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Guru perlu memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran yang benar-benar efektif dan efisien dengan mempertimbangkan :

a. Karakteristik kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

b. Keadaan siswa, mencakup perbedaan-perbedaan individu siswa seperti kemampuan belajar, cara belajar, latar belakang, pengalaman dan kepribadiannya.

c. Jenis dan jumlah fasilitas/sumber belajar yang tersedia untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran

d. Sifat dan karakteristik masing-masing metode yang dipilih untuk mencapai kompetensi dasar.

II. PRAKTEK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS AKTIVE LEARNING

A. PENDAHULUAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus. Dalam pengimplementasian program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru dituntut menyusun RPP. RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Karena itu, RPP harus memuat: tujuan pembelajaran,materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.

Semangat dari diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah agar siswa belajar secara aktif. Pengembangan kompetensi peserta didik perlu disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Para guru dituntut lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dapat berekspresi melalui berbagai kegiatan yang nyata, menyenangkan, dan yang mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. Hanya dengan cara yang demikian, hakikat dari kehadiran seorang guru benar-benar dirasakan oleh setiap peserta didik. Sebagaimana dikatakan Prof. Don Elly (Ahli Teknologi Pembelajaran dari Universitas Syracius, A.S.)- kehadiran guru adalah kesempurnaan dalam proses belajar yang tak akan tergantikan oleh media apapun.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.

Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning strategy).

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.

Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya lihat, saya ingat

Apa yang saya lakukan, saya paham

Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.

Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai

Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.

Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.

Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.

Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :

1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.

2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar

3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.

Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.

Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)

B. PERBEDAAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING DAN KONVENSIONAL LEARNING

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional learning (konvesional), yaitu :

No

Active Learning

Konvensional Learning

1.

Berpusat pada anak didik

Berpusat pada guru

2.

Penekanan pada menemukan

Penekanan pada menerima pengetahuan

3.

Memberdayakan semua indera

Kurang memberdayakan semua indera

4.

Menggunakan banyak metode

Menggunakan metode yang monoton

5.

Menggunakan banyak media

Kurang banyak media yang digunakan

6.

Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada

Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.

Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

C. Contoh RPP Berbasis Active Learning :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BERBASIS ACTIVE LEARNING

Sekolah : SMP Islam Terpadu Kendal

Mata Pelajaran : Fiqih

Kelas/Semester : VIII/Gasal

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi : Siswa terbiasa mengamalkan syariat Islam

Kompetensi Dasar : Siswa memahami tata cara shalat jamak dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Indikator : 1.Menjelaskan pengertian shalat jamak dan dalilnya

2. Mengidentifikasi macam-macam shalat jamak

3. Mengidentifikasi syarat-syarat shalat jamak

4. Menjelaskan tata cara shalat jamak

5. Mendemonstrasikan praktik salat jamak ta’dim dan ta’khir secara tepat

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar siswa dapat :

1. Menjelaskan pengertian dan dalil sholat jamak

2. Menyebutkan macam-macam sholat jamak

3. Menyebutkan syarat-syarat sholat jamak

4. Menyebutkan tatacara sholat jamak

5. Mempraktekkan/melakukan sholat jamak dengan tepat dan benar

II. Materi Pembelajaran

1. Pengertian dan dalil Sholat jamak

2. Macam-macam sholat jamak

3. Syarat-syarat sholat jamak

4. Tata cara sholat jamak

5. Praktek sholat jamak ta’dim dan jamak ta’khir

III. Metode / Strategi Pembelajaran

Menggunakan pendekatan Jigsaw Learning

IV. Skenario Pembelajaran

a. Kegiatan Awal ( 10 Menit )

Guru melakukan apersepsi, absensi dan memberikan penjelasan kepada siswa tentang strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu Jigsaw Learning

b. Kegiatan Inti ( 60 menit )

Menerapkan model Jigsaw sebagai berikut :

1. Materi yang dipilih adalah pengertian salat jamak, macam-macam salat jamak, syarat-syarat salat jamak dan tata cara salat jamak

2. Kelas dibagi 5 kelompok dengan asumsi kelas terdiri dari 30 siswa

3. Pembagian kelompok berdasarkan kehadiran dan individu berhitung secara berurutan. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang dengan tugas sebagai berikut :

Kelompok A

Kelompok B

Kelompok C

Kelompok D

Kelompok E

1,2,3,4,5,6

1,2,3,4,5,6

1,2,3,4,5,6

1,2,3,4,5,6

1,2,3,4,5,6

Membahas pengertian salat jamak dan dalilnya

Membahas macam-macam salat jamak

Membahas syarat-syarat salat jamak

Membahas tata cara salat jamak

Mendemonstrasikan praktik salat jamak takdim dan takhir

4. Setiap anggota kelompok bertugas membaca dan memahami materi yang ada dalam buku panduan Mata Pelajaran

5. Setiap kelompok melakukan diskusi kecil dan merangkum hasil diskusi

6. Setiap anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi kecil kelompoknya kepada kelompok lain melalui salah satu anggotanya yang dikirim pada diskusi kecil antar kelompok, dengan distribusi tugas seperti tergambar dalam tabel :

1a 1b 1c 1d 1e

1a = Membahas pengertian sahlat jamak dan dalilnya

1b = Membahas macam-macam shalat jamak

1c = Membahas syarat-syarat shalat jamak

1d = Membahas tata cara shalat jamak

1e = Mendemonstrasikan praktik shalat jamak takdim & takhir

2a 2b 2c 2d 2e

2a = Membahas pengertian shalat jamak dan dalilnya

2b = Membahas macam-macam shalat jamak

2c = Membahas syarat-syarat shalat jamak

2d = Membahas tata cara shalat jamak

2e = Mendemonstrasikan praktik shalat jamak takdim & takhir

3a 3b 3c 3d 3e

3a = Membahas pengertian shhalat jamak dan dalilnya

3b = Membahas macam-macam shalat jamak

3c = Membahas syarat-syarat shalat jamak

3d = Membahas tata cara shalat jamak

3e = Mendemonstrasikan praktik shalat jamak takdim & takhir

4a 4b 4c 4d 4e

4a = Membahas pengertian shalat jamak dan dalilnya

4b = Membahas macam-macam shalat jamak

4c = Membahas syarat-syarat shalat jamak

4d = Membahas tata cara shalat jamak

4e = Mendemonstrasikan praktik shalat jamak takdim & takhir

5a 5b 5c 5d 5e

5a = Membahas pengertian shalat jamak dan dalilnya

5b = Membahas macam-macam shalat jamak

5c = Membahas syarat-syarat shalat jamak

5d = Membahas tata cara shalat jamak

5e = Mendemonstrasikan praktik shalat jamak takdim & takhir

6a 6b 6c 6d 6e

6a = Membahas pengertian shalat jamak dan dalilnya

6b = Membahas macam-macam shalat jamak

6c = Membahas syarat-syarat shalat jamak

6d = Membahas tata cara shalat jamak

6e = Mendemonstrasikan praktik shalat jamak takdim & takhir

Setelah melalui proses zig zag dan masing-masing siswa terlihat dalam diskusi kecil antar kelompok, hasil dari diskusi kelompok tersebut disampaikan kepada masing-masing teman sekelompoknya.

c. Kegiatan Akhir ( 10 menit)

1. Kembalikan posisi seperti semula untuk mengulas lagi seandainya ada masalah yang belum terpecahkan

2. Guru melempar beberapa pertanyaan untuk menjajagi pemahaman dan kompetensi yang dimiliki siswa

3. Guru melakukan refleksi, kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut

V. Media/Alat/Bahan/Sumber

1. Kertas untuk catatan setiap siswa

2. Spidol white board

3. Foto copy materi

4. Buku ajar Fiqih

VI. Penilaian

1. Partisipasi aktif dalam diskusi kelompok (menggunakan instrumen/lembar pengamatan)

2. Presentasi dan kinerja individu (menggunakan instrumen/lembar pengamatan)

Catatan penjelasan aspek-aspek CTL :

1. Aspek contructivism.

Pada pembelajaran ini siswa secara aktif membaca, mengamati dan mempraktikkan materi pembelajaran secara mandiri. Sehingga ada proses mengkonstruk sendiri terhadap ilmu yang dipelajari

2. Aspek Inquiry-Discovery Learning

Pada pembelajaran ini siswa melakukan diskusi, bertanya penggalian data selanjutnya siswa melakukan hiptesis dan penyimpulan

3. Aspek Learning Community

Antar siswa dalam setiap kelompok terlibat diskusi dan berbagi pendapat untuk merumuskan kesimpulan diskusi yang akan dipresentasikan dalam diskusi kelompok lainnya

4. Aspek Questioning

Ada proses saling bertanya, antara guru kepada siswa, siswa kepada guru dan siswa dengan siswa tentang apa yang dipahami dan diketahui terkait dengan salat jamak

5. Aspek Modelling

Guru menjadi model yang diamati dan ditiru

6. Aspek Reflectioning

Ada proses saling menanggapi dan memberi kesan serta evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah diikuti

7. Aspek Authentic Assessment

Ada penilaian otentik guru terhadap proses pembelajaran siswa meliputi : partisipasi dalam kerja kelompok, penyajian/presentasi hasil diskusi kelompok dan adanya reward/apresiasi kepada kinerja kelompok.

Blora, -------------------2010

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Mukhlas Abror, S.Ag., M.Ag Risa Zunairoh, S.Ag

DAFTAR PUSTAKA

Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasi PAIKEM. Semarang : RaSAIL Media Group.

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung : Mizan Learning Center.

Musrofi, Muhammad. 2008. Melejitkan Potensi Otak. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Bandung : Penerbit Nusa Media.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Zaini, Hisyam. Et.all. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar